05 November 2009

Wayang Golek Betawi Tidak Diperhatikan

Selasa, 12 Mei 2009 | 17:52 WIB

Jakarta, Kompas.com - Wayang golek Betawi kurang memperoleh perhatian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Seniman wayang golek berjuang dengan modal sendiri agar bisa bertahan.

Gabungan lenong Betawi dan wayang golek tidak pernah memperoleh dukungan dana dari Pemprov DKI untuk pengembangan, kata Tizar Purbaya, seniman dan pencipta wayang golek Betawi di Jakarta, Selasa. Tizar yang lebih dari 30 tahun menggeluti seni pewayangan menginginkan, pemerintah melakukan upaya pelestarian terhadap wayang golek Betawi. Pemerintah seharusnya ikut melestarikan kebudayaan asli Indonesia. Jangan kalau sudah mau punah baru pada ribut, katanya.

Pementasan wayang golek Betawi, kata dia, selalu menggunakan biaya sendiri, kecuali diundang oleh pihak penyelenggara. Pemprov DKI seharusnya peka terhadap usaha kami untuk mengenalkan budaya Betawi kepada masyarakat luas melalui wayang, kata Tizar yang pernah pentas di Jepang, Belanda dan beberapa negara di Eropa lainnya.

Ia berharap pemerintah melalui Dinas Pariwisata tidak berpaling dari putra-putra Betawi yang kreatif dan selalu membawa citra baik budaya Betawi. Tizar yang mempunyai 7000 lebih koleksi wayang golek itu mengatakan, wayang Betawi yang dia ciptakan lebih berkarakter bila dibandingkan dengan golek sejenis. Dia menambahkan, wayang golek betawi punya berbagai trik agar terkesan lebih hidup. Misalnya karakter Haji Manong yang bisa merokok dan mengeluarkan asap, atau karakter orang Kompeni yang mengeluarkan darah saat kena senjata tajam. Pokoknya berbeda dengan golek lainnya, kata Tizar.

Dalam pementasan, kata Tizar, ia tidak pernah membawakan kisah Ramayana atau Mahabharata tetapi kisah dari legenda-legenda asli Betawi, seperti Si Jampang, Si Pitung, Si Manis Jembatan Ancol yang lebih dikenal oleh masyarakat Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar