Siapa tak kenal makanan khas Betawi bernama kerak telor. Makanan lezat warisan budaya Betawi tempo dulu ini memang sudah agak sulit ditemukan karena sudah berada di tepi zaman. Kalaupun ada, biasanya dijual di acara Pekan Raya Jakarta (PRJ) yang penyelenggaraannya hanya setahun sekali.
Namun, tidak perlu menunggu setiap tahun di PRJ untuk menikmati kerak telor karena sekarang pedagang kerak telor mudah dijumpai di Perkampungan Budaya Betawi (PBB) Setu Babakan, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Tak kurang dari sepuluh pedagang kerak telor biasa mangkal dekat danau yang teduh. Sedikit tips, lebih terasa jika menikmati kerok telor saat baru diangkat. Dengan ditemani kopi pahit, rasa kerak telor yang baru diangkat lebih menggugah.
Salah satu nama pedagang kerak telor yang cukup populer di tempat itu adalah Bakri yang menekuni profesinya sejak sepuluh tahun terakhir. Lelaki asli Betawi kelahiran Buncit, Mampang Prapatan, ini adalah satu dari sedikit penjual kerak telor yang memang mewarisi keahlian orangtuanya secara turun-temurun.
Kerak telor buatan Bakri terkenal sangat enak karena menurutnya ia selalu menjaga resep asli yang diwariskan orangtuanya kepada dirinya. Bakri menuturkan, membuat kerak telor terbilang gampang-gampang susah karena butuh keahlian dan ketepatan mengombinasikan sejumlah bumbu menjadi satu. Sebab, salah sedikit menaruh takaran bumbu, bisa dipastikan rasa kerak telor menjadi tak karuan dan mengakibatkan pelanggan kabur.
“Kerak telor aslinye buatan Betawi Mampang. Orangtua saya menggeluti profesi sebagai pedagang kerak telor karena diwarisi kakek saya yang juga asli Mampang. Saya sendiri sebagai generasi ketiga dari pembuat kerak telor yang memang asli Betawi. Karena itu, resep yang saya gunakan masih resep lama yang tetap terjaga keaslian dan kualitas rasanya,” katanya mantap.
Untuk membuat kerak telor yang enak, bahan-bahan yang harus disiapkan cukup mudah. Lada, garam, bawang goreng, serundeng giling, kelapa gongseng yang diberi kunyit, dan ebi (udang kecil yang dikeringkan) dimasukkan menjadi satu bersama beras ketan yang dimasak lebih dulu.
Memasaknya pun cukup unik karena beras ketan yang dimasukkan terlebih dahulu dimasak hingga kering tanpa menggunakan minyak sayur. Setelah mengering dan menjadi kerak, penggorengan dibalik dan beras ketan dihadapkan langsung dengan bara api pada tungku pembakaran sehingga menghasilkan paduan rasa yang eksotik karena rasa kerak telor menyatu dengan aroma asap yang berasal dari arang.
“Kalau kerak telor buatan saya udah kesohor (terkenal), mangkenye pengunjung yang sering ke Setu Babakan pade kenal saya. Kerak telor buatan saya beda dengan yang laen karena beberapa pedagang kerak telor yang ada sekarang bukan semuanya orang Betawi. Makanya kalau kerak telor buatan saya kagak enak, kagak usaha dibayar,” ujarnya berpromosi.
Untuk kerak telor yang bahan dasarnya telor ayam, dia biasa membanderol Rp 7.000, sedangkan untuk kerak telor yang bahan dasarnya telor bebek biasa dijual Rp 9.000, dan bisa dibuat hanya dengan membutuhkan waktu lima menit. Kalau sedang mujur, sehari Bakri bisa menghabiskan 50 telor.
Karena rasanya yang enak, tak heran penikmat kerak telor buatannya tidak hanya orang Betawi saja, tapi pendatang pun menyukainya. Salah satunya adalah Yanuar. Lelaki paruh baya asli Jawa Barat ini terbilang penggemar berat kerak telor. Untuk memuaskan hasratnya yang membuncah di lidah, dua minggu sekali dia pasti membeli kerak telor untuk dimakan bersama keluarga.
“Rasanya khas banget, dan aroma asapnya bikin kita ketagihan. Kalau mau lebih enak, makannya saat kerak telor masih hangat karena asapnya masih mengepul dan membuat selera makan kita langsung bangkit,” sarannya.
Rasa kerak telor yang enak membuat Bakri juga sering diundang untuk memamerkan keahliannya di acara festival makanan khas daerah ataupun sekadar mengisi hidangan di acara pernikahan. Tertarik mencoba? *
Tidak ada komentar:
Posting Komentar