Senin, 31 Agustus 2009 | 13:05 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Untuk menekankan pendidikan karakter, pihak sekolah harus dapat memberikan pendidikan budaya yang baik kepada para siswanya, yaitu dengan mengajak langsung mengalami atau melakukan kegiatan atau peristiwa budaya itu sendiri.
Hal tersebut diungkapkan oleh Romo E Baskoro di sela jumpa pers Canisius College Education Fair (CCEF) 2009 di Jakarta, Sabtu (29/8). Dalam kerangka pendapat itulah, CCEF 2009 akan dibuka dengan sajian Pencak Silat Betawi yang digelar secara massal dan Tarian Goyang 500 Ondel-ondel.
Dengan dilakukannya bersama-sama, setidaknya para siswa bisa mengingatnya bahwa itu adalah budayanya, ujar Baskoro.
Kenapa budaya Betawi, karena sekolah kami berada di Jakarta, maka kami perlu pakai budaya betawi, lagipula aneh kalau anak Kanisius sampai tidak tahu budaya betawi seperti silat dan ondel-ondel ini, tambahnya.
Berlangsung pada 5-6 September 2009, kegiatan akan diawali dengan Kirab 500 Ondel-ondel yang dibawakan oleh segenap warga Kolese Kanisius. Kegiatan woro-woro pameran ini sedianya akan dicatat oleh Museum Rekor Inonesia (MURI).
Selanjutnya, upacara pembukaan CEFF akan ditandai langsung dengan peragaan Pencak Silat Betawi yang dilakukan secara massal oleh 600 orang yang terdiri dari para siswa dan guru-guru di SMA Kanisius.
Dalam falsafahnya, silat bukan untuk sembarang diperlihatkan sehingga sangat tepat untuk mengajarkan kesantuan pribadi. Banyak rambu yang membuat silat tidak untuk dipergunakan sebagai alat menyakiti orang lain atau sombong, jadi inilah sesungguhnya pendidikan budaya itu, ujar JJ Rizal, peneliti dari Betawi Foundation.
05 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar